TEMPO.CO, Jakarta - Eks pemimpin ISIS yang diklaim AS tewas dalam serbuan pasukan khusus, Abu Bakr al Baghdadi, ternyata dikhianati oleh orang terdekatnya sendiri.
Pejabat Amerika mengatakan Abu Bakr al Baghdadi akhirnya dikhianati oleh salah satu dari sedikit orang yang ia percayai.
Identitas informan belum terungkap karena kekhawatiran akan keselamatannya. Tetapi seorang individu mengetahui peristiwa tersebut menggambarkannya sebagai seseorang yang "sangat, sangat dekat, orang kepercayaan Baghdadi."
Menurut New York Times, 2 November 2019, informan direkrut oleh lengan intelijen milisi yang dipimpin Kurdi, Pasukan Demokratik Suriah, yang memiliki kontak luas di wilayah tersebut. Informan itu juga yang mencuri sepasang pakaian dalam al Baghdadi dan memperoleh sampel darah untuk pengujian DNA untuk memastikan bahwa subjek yang diawasi adalah al Baghdadi, kata komandan milisi SDF, Mazlum Abdi.
Dikutip dari NBC News, Komandan Pasukan Demokratik Suriah yang dipimpin Kurdi, Jenderal Mazloum Abdi, menceritakan bagaimana ia menghabiskan waktu berbulan-bulan menjalankan mata-mata di dalam ISIS yang mengikuti al Baghdadi ketika ia pindah dari satu rumah persembunyian ke rumah persembunyian yang lain, sampai ia akhirnya terperangkap dalam terowongan di bawah salah satu dari rumah persembunyian tersebut.
Sejumlah wartawan berada di lokasi penyerangan pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi yang hancur akibat serangan militer AS di Suriah, 27 Oktober 2019. Dikutip dari CNN, 28 Oktober 2019. Kematian Baghdadi menandai akhir dari perburuan selama bertahun-tahun untuk menemukan salah satu teroris paling dicari di dunia. REUTERS
Abdi tidak mengidentifikasi sumbernya, tetapi para pejabat intelijen Kurdi menggambarkannya sebagai seorang Arab yang memiliki banyak kerabat di ISIS. Abdi mengatakan motivasi utama informan adalah balas dendam.
"Saya pikir dia di bawah banyak tekanan dari keluarganya," kata sang jenderal. "Kerabatnya menjadi sasaran perlakuan keras oleh ISIS dan dia tidak lagi percaya pada masa depan ISIS. Dia ingin membalas dendam pada ISIS dan al Baghdadi sendiri."
Mata-mata itu berada dalam posisi yang unik dan sangat langka untuk membalas dendamnya.
"Dia bisa dibilang, seorang pejabat keamanan," kata sang jenderal. "Seorang petugas keamanan pribadi untuk al Baghdadi sendiri, yang bertanggung jawab atas gerakan al Baghdadi."
Sebagian dari pekerjaan informan, kata Abdi, adalah mengamankan tempat-tempat tempat al Baghdadi nantinya bersembunyi.
Mata-mata ISIS ini menghafal lokasi dan tata letak rumah-rumah persembunyian al Baghdadi dan bahkan mencuri sampel darah teroris yang paling dicari di dunia dan pakaian untuk analisis DNA, katanya.
"Al Baghdadi mengambil tindakan pengamanannya ke tingkat tertinggi," kata Abdi. "Dia tidak pernah menggunakan komunikasi teknologi tinggi sama sekali. Di mana saja dia berada, ada pemadaman komunikasi, dengan pengecualian orang-orang yang secara langsung bertanggung jawab atas keamanannya, dan itu adalah sekelompok kecil orang."
Setelah bertahun-tahun dalam pelarian, al Baghdadi memiliki rumah tangga yang relatif kecil.
"Keluarga langsungnya, anak-anak, kerabatnya, saudara-saudaranya, mereka membentuk lingkaran ketat di sekelilingnya," kata Abdi. Pemimpin ISIS hanya mengizinkan sekelompok kecil orang luar untuk bertemu dengannya. Salah satunya adalah mata-mata tersebut.
Abdi menolak mengatakan kapan atau bagaimana mereka pertama kali melakukan kontak dengan informan ISIS, tetapi dia mengatakan hubungan itu semakin dalam dan meluas secara dramatis dalam lima bulan terakhir. Itu bertepatan dengan perpindahan al Baghdadi dari tempat persembunyian di Suriah timur ke provinsi Idlib di Suriah barat, dekat perbatasan Turki.
"Kami mengkonfirmasi bahwa (al Baghdadi) telah dipindahkan ke Idlib pada bulan April tahun ini," kata Abdi.
Mata-mata menghafal lokasi al Baghdadi